Dalam
suatu riwayat dikemukakan bahwa ayat 1-2 surat at-Takatsur turun
berkenaan dengan dua kabilah Anshar : Bani Haristah dan Bani Harits yang
saling menyombongkan diri dengan kekayaan dan keturunannya. Mereka
saling bertanya: “Apakah kalian mempunyai
pahlawan segagah dan sekecatan si anu?”. Mereka saling menyombongkan
diri dengan kedudukan dan kekayaan orang-orang yang masih hidup. Mereka
juga saling mengajak pergi ke kuburan untuk menyombongkan kepahlawanan
golongannya yang sudah gugur dengan menunjukkan kuburannya. Ayat 1-2
turun sebagai teguran kepada orang-orang yang hidup bermegah-megah
sehingga ibadahnya kepada Allah terlalaikan…
Subhanallah…
Manusia
sering terlalu bermegah-megah dengan harta dan anak, menumpuk hal-hal
yang binasa sehingga melalaikan hal-hal yang kekal. Sehingga, terlalai
dan lupa dengan akhirat hanya karena dunia. Ironisnya, kesibukan
terhadap urusan dunia itu berlangsung terus menerus hingga mati dan
masuk kuburan…
Nau’udzubillah…
Semoga Allah menghindarkan kita dari lalai terhadap akhirat karean terlena oleh kemegahan dunia..
Sebab segala kenikmatan dan karunia akan ditanya dan diminta pertanggung jawabannya.
Sebagaimana hasil tadabburan para ulama berikut mengenai ayat terakhir surah at-Takatsur :
Ibnu
Abbas : "Bahkan nikmat karena kesehatan badan, kesehatan pendengaran
dan penglihatan, pun akan ditanyakan. Allah tanyai tingkah laku
hamba-Nya dengan serba nikmat itu, meskipun Allah tahu apapun yang
perbuat dengannya"
Ibnu
Jarir : "Seluruh nikmatlah yang dimaksud Tuhan akan dipertanggung
jawabkan, akan ditanyai, tidak berbeda apa juapun nikmat itu"
Mujahid : "Segala keputusan duniawi adalah nikmat, semuanya akan ditanyakan"
Qatadah : "Allah akan menanyakan kepada hamba-Nya bagaimana dia memakai nikmat-Nya itu dan bagaimana dia membayarkan haknya"