Dalam
suatu riwayat dikemukakan bahwa Zaid bin Arqam mendengar ‘Abdullah bin
Ubay berkata kepada teman-temannya : ”Kalian jangan memberi nafkah
kepada orang-orang yang dekat dengan Rasulullah sebelum mereka
meninggalkan agamanya. Kelak apabila kita pulang ke Madinah, pasti orang yang mulia akan mengusir orang yang hina dari kota itu.”
Kejadian
ini diterangkan oleh Zaid kepada pamannya, kemudian oleh pamannya
disampaikan kepada Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam. Rasulullah
shalallahu ‘alaihi wa salam memanggil Zaid bin Arqam. Zaid menerangkan
kejadian itu kepada beliau. Kemudian Rasulullah memanggil Abdullah bin
Ubay beserta kawan-kawannya. Akan tetapi mereka bersumpah di hadapan
Rasulullah bahwa mereka tidak pernah berkata demikian. Rasulullah tidak
mempercayai Zaid bin Arqam, bahkan beliau lebih mempercayai Abdullah bin
Ubay. Zaid merasa sedih, karena belum pernah mendapat musibah seperti
itu. Ia pun tinggal di rumahnya, dan tidak mau keluar.
Pamannya berkata : “Aku tidak bermaksud supaya Rasulullah membenci dan tidak mempercayaimu.”
Maka
Allah menurunkan ayat 1 surah al-Muanfiqun yang menegaskan bahwa kaum
munafikin selalu berdusta, dan ayat ini pun membenarkan ucapan Zaid bin
Arqam. Kemudian Rasulullah mengutus seseorang kepada Zaid bin Arqam
untuk membacakan ayat tersebut, dan menegaskan bahwa Allah telah
Membenarkan ucapannya.
Subhanallah...
Sifat
utama kaum munafik ialah pendusta. Mereka menampakkan iman namun
menyembunyikan kekafiran. Mereka menggunakan sumpah, kelihaian lisan
mengaku beriman namun sebenarnya mereka tidak beriman malah memusuhi dan
membenci Islam. Penampilan mereka sering membuat kagum, mahir dalam
bicara, namun miskin dalam keimanan.
Semoga
kita pun terhindar dari sifat-sifat kaum munafik. Buat apa bohong,
dusta. Buat apa cantik atau tampan, keren, kaya bila membenci Islam atau
dakwah Islam.
Kala
mentadabburi ayat 4 surah al-Munafiqun , Ibnu Taimiyah juga
memperingatkan kepada kita bahwa sesuatu yang mengandung keindahan
tetapi diharamkan dan dibenci oleh Allah , sesungguhnya diharamkan dan
dibenci, karena ia mengandung sesuatu yang dibenci oleh Allah dalam
kadar yang lebih besar dari apa yang disukai-Nya. Termasuk ketampanan
dan kecantikan yang dimiliki seseorang. Jika yang bersangkutan memiliki
perangai yang buruk,-seperti jahat, kafir atau munafik- maka tingkat
kebencian terhadap akhlak dan agamanya melebihi ketampanan atau
kecantikan yang dimilikinya…
Sedangkan
Abu Hayyan saat mentadabburi kalimat “Mereka bagaikan kayu yang
disandarkan” (ayat 4) mengungkapkan betapa tidak bergunanya kaum munafik
karena tiadanya iman di hati mereka. Beliau berkata, “Mereka
diibaratkan seperti kayu karena hilangnya akal sehat mereka dan
kosongnya hati mereka dari iman. Allah tidak mengibaratkan mereka
seperti kayu saja, melainkan kayu yang disandarkan. Karena kayu yang
berguna pasti berada di atap atau tempat lainnya yang bermanfaat.
Sementara kayu yang tidak terpakai akan disandarkan ke dinding atau
dibiarkan teronggok di atas tanah.”
Sekali
lagi, semoga Allah mengikis dan menghapus sifat munafik dalam diri
kita. karena dalam ayat 4 tersebutkan bahwa “mereka itulah musuh (yang
sebenarnya) maka waspadalah terhadap mereka.”
Subhanallah...
Seolah
tiada musuh lain selain orang munafik. Padahal mereka sholat, sholat
juga, puasa, puasa juga. Haji juga dan terkadang sedekah. Ternyata,
kondisi dan sifat mereka yang menyebabkan mereka disebut sebagai musuh
sebenarnya.
Hati
mereka yang menyimpan dendam dan benci kepada Islam , dakwah Islam
serta pemeluk dan dai serta rasa cinta kepada musuh-musuh Islam. Dapat
terlihat dari kelakuan mereka yang enggan pergi ke medan jihad, enggan
berdakwah, biasa mengolok-olok ulama dan aktivis dakwah, benci kalau ada
kegiatan dakwah, benci kalau kekuasaan (politik) dipegang aktivis
dakwah bahkan berusaha memusnahkannya, namun mereka mengagung-agungkan ,
mereka kagum dan berbangga-bangga pada tokoh-tokoh kesesatan dan musuh
Islam...
Semoga Allah jauhkan kita dari memiliki sifat munafik ..