Subhanallah..
Allah
memerintahkan untuk mengingat hari dinampakkan kesalahan-kesalahan.
(at-Taghabun), sedang Buya Hamka lebih berat untuk mendefinisikan
at-Taghabun sebagai “hari berugi-rugi”.
Kesalahan-kesalahan
yang ditutupi, yang dianggap tak apa-apa, yang dianggap sepele akan
ditampakkan, hingga muncullah rasa sesal. Rugi.
Menurut
keterangan Ibnu Abbas tentang kalimat “At-Taghabun” bahwa “suatu kaum
diazab ke dalam neraka, suatu kaum diberi nikmat masuk syurga. Yang
mendapat azab merasa kecewa dan yang mendapat nikmat merasa bahagia.”
Di
hari itu akan dirasakan oleh orang kafir, fasiq dan maksiat bahwa
hidupnya hanya tertipu, seluruh umur dan tenaga, disangka bernilai,
sesampai di akhirat diketahuilah bahwa hidup yang lalu hanya berugi-rugi
saja, merugi.
Az-zakahsysyariy
meriwayatkan sebuah hadist, “Tidaklah seseorang hamba Allah yang
dimasukkan ke syurga melainkan diperlihatkan kepadanya tempat duduknya
dalam neraka, yang sedianya akan dimasukinya kalau dia berbuat jahat,
sehingga bertambah syukurlah ! Dan tidak pula seorang hamba yang
dimasukkan ke dalam neraka, melainkan diperlihatkan kepadanya tempat
duduknya dalam syurga, jika sekiranya ia berbuat kebajikan; sehingga
bertambah penyesalannya.”
Subhanallah..
Sungguh
bila merugi di dunia, masih bisa diperbaiki. Namun kala berugi-rugi
itu dirasakan di akhirat, tidak akan bisa diperbaiki lagi.
Karena
itu di ujung ayat 9 surah at-Taghabun, Allah masih memberi harapan bagi
kita yang mau perbaiki diri saat masih hidup. Yakni sesiapa yang
beriman dan diiringi oleh amal perbuatan sholih maka kesalahan-kesalahan
yang ia perbuat dahulu, ditutupi bahkan dianggap tak ada oleh Allah.
Subhanallah..
Semoga Allah menjauhkan kita dari rugi di dunia dan akhirat. Aamiin