Banu
Nadhir merupakan salah satu kabilah terbesar dari bangsa Yahudi
(selain Bani Qainuqa dan Quraizhah) yang tinggal bersama dengan bangsa
Arab (Aus dan Khazraj) di kota Madinah. Setelah kedatangan Nabi, mereka
telah membuat satu perjanjian keamanan dan kerjasama dengan orang Islam
yang disebut "Piagam Madinah" - Mithaaq al Madinah. Namun, memang
tabiat dengki dan pengkhianat, mereka melanggar perjanjian tersebut.
Selepas
peristiwa sedih yang menimpa umat Islam di Uhud, Banu Nadhir menjadi
semakin angkuh dan berani membuat perancangan untuk menentang Rasulullah
Shalallahu ‘alaihi wa salam secara diam-diam. Pemimpin Bani Nadhir,
Ka'ab bin Asyraf keluar ke Makkah bersama-sama dengan 40 orang
pengikutnya menemui Abu Sofyan (yang menjadi pemimpin Makkah selepas
kematian Abu Jahl). Kepergian mereka adalah sebagai bentuk pernyataan
kesediaan untuk membantu Abu Sufian dalam memerangi Rasulullah.
Penentangan
Bani Nadhir semakin ketara ketika Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa
salam dan beberapa orang sahabat pergi ke kampung mereka berbicara
masalah diyat (tebusan) dua orang Bani Kilab yang dibunuh secara tidak
sengaja oleh 'Amr bin Umayyah Ad-Dhamri di dalam peristiwa Bi'ru
Ma'unah. Lalu orang-orang Bani Nadhir pun berkata, "Kami akan bantu,
wahai Abul Qasim, Duduklah di sini kami akan selesaikan keperluanmu!"
Baginda
bersandar ke dinding rumah kaum itu. Tiba-tiba Banu Nadhir melakukan
komplot jahat untuk membunuh Baginda dengan cara melemparkan batu dari
atas rumah ke arah Baginda. 'Amru bin Jahash merupakan tokoh utama
rencana ini yang akan menjatuhkan batu ke atas kepala Rasulullah, namun
baginda shalallahu ‘alaihi wa salam mengetahuinya melalui perantaraan
Jibril. Kemudian Baginda segera berdiri dari tempat itu, beliau segera
kembali ke Madinah..
Tindakan
Rasulullah itu menimbulkan tanda tanya kepada para sahabat, dan
kemudian Bagindapun menceritakan rencana keji orang-orang Yahudi Bani
Nadhir ke atasnya saat sampai di Madinah. Kemudian Baginda mengutuskan
Muhammad bin Maslamah kepada Bani Nadhir untuk menyampaikan ultimatum
kepada Bani Nadhir agar mereka keluar dari Madinah dalam waktu 10 hari.
Melihat
kekuatan Islam yang sedemikian hebat dan semakin kuat, sadarlah mereka
bahwa mereka sedang berhadapan dengan kekuatan yang tidak dapat
ditentang lagi. Mereka pun berkemas untuk pergi dari Madinah.
Sementara
Bani Nadhir bersiap-siap untuk keluar dari negeri. Abdullah bin Ubay,
ketua golongan munafik, yang mendengar kabar tersebut, mengutuskan
utusannya, melarang Bani Nadhir keluar dan berjanji untuk menghantar
2,000 orang daripada kaumnya untuk mempertahankan mereka, "Janganlah
kalian keluar. Karena aku akan membantu kamu 2,000 pasukan yang bertahan
bersama di benteng kalian ini. Mereka bersedia mati membela kalian
termasuklah Bani Quraizhah serta para sekutu kalian dari Ghathafan tentu
akan membela kalian."
Subhanallah
Begitulah sifat kaum munafik, yang memusuhi kaum muslimin.
Setelah
mendapat sokongan dan harapan bantuan dari kaum munafik, mulai para
pemuka Yahudi Bani Nadhir optimis. Mereka mengirim utusan pada Nabi
bahwa mereka tidak akan keluar dari Madinah.
Tersebab
kesombongan dan kedegilan itu, Baginda Shalallahu ‘alaihi wa salam
bersama sahabat dari Muhajirin dan Anshar, mulai mengepung perkampungan
mereka . dibuatlah pengumuman pada kaum Yahudi di kota Madinah yang lain
bahwa barangsiapa yang membelot membantu Bani Nadhir, mereka akan
merasakan akibatnya nanti, serta bahkan orang Arab sekalipun juga
diperingatkan demikian.
Perkampungan
Bani Nadhir pun dikepung dengan ketat. Mereka (Bani Nadhir) tidak bisa
keluar dari perkampungan mereka, walaupun hanya untuk ke ladang kurma
mereka. Bahkan pohon-pohon kurma mereka sudah mulai dibakar kaum
Muslimin untuk percepat mereka menyerah.
Mengenai
pembakaran pohon kurma. Bani Nadhir berteriak keras, menuding Muhammad
melanggar ajarannya sendiri untuk tidak merusak bumi. Kemudian turun
ayat 5 surah al-Hasyir yang membenarkan ummat Islam berlaku demikian
untuk memusnahkan kaum fasik.
Setelah
beberapa hari dikepung, mulai kendor semangat Bani Nadhir. Ditambah
lagi harapan bantuan 2000 orang dari Abdullah bin Ubay tidak datang sama
sekali. Kaum Munafik takut membantu mereka setelah mendengar ma’lumat
bahwa sesiapa membantu akan menanggung resikonya.
Akhirnya,
Bani Nadhir mengibarkan bendera putih. Mereka diusir. Baginda Nabi
membolehkan membawa harta kekayaan sekedar yang terpikul oleh unta dan
tidak boleh membawa senjata. Baginda Nabi juga menjamin darah mereka
akan terpelihara, tidak akan ditumpahkan walau setitik dengan syarat
mereka tidak memulai persengketaan dengan umat Islam.
Pengusiran
besar-besaran ini yang bernama al-Hasyr, mereka disuruh berkumpul,
berbaris satu persatu, dua dua, keluar dari Madinah. Itulah mengapa Ibnu
Abbas radhiyallahu ‘anhu menamai surat ini dengan surah an-Nadhir.
Subhanallah..
Kaum
mukminin dahulu tiada menyangka sebelumnya bahwa kaum Bani Nadhir dapat
dikeluarkan dari benteng-benteng mereka dalam keadaan hina dan kalah.
Saking kuatnya bentang dan persenjataan mereka. Pada saat yang sama,
Bani Nadhir pun mengira bahwa benteng kokoh mereka mampu melindungi dan
mempertahankan diri dari siksa Allah.
Tapi
begitulah Allah yang memberikan kekuatan pada kekasih-Nya dari arah dan
cara yang tak disangka-sangka. Begitulah Allah yang membuat
kepengecutan dan kepanikan luar biasa di dalam hati Bani Nadhir.
Sampai-sampai ketika mereka hendak keluar rumah masing-masing, mereka
semacam orang gila, merusak yang ada di hadapan mereka.
Begitulah, nasib penentang Allah dan Rasul-Nya.
Pelajaran
bagi kita untuk mengiris rasa dengki dalam diri. Kaum Yahudi dan
Munafik ialah model kaum yang dengki atas risalah kenabian dan kekuasaan
Islam. Mereka menunggu saat-saat Islam jatuh, bahkan mengupayakan Islam
hancur.
Sedangkan
kaum mukmin itu, tiada rasa dengki pada yang lain bahkan hatinya
dihiasi rasa cinta terhadap sesama hingga terbawa ke dalam doa-doa
mereka pada Tuhannya.
Kala
Ibnu Sa’di mentadabburi ayat 10 surah al-Hasyr beliau berkata, bahwa
dalam doa ini (dalam ayat 10) Allah menyebutkan pembersihan rasa dengki
dari dalam hati, baik sedikit maupun banyak. Dan jika rasa dengki itu
tidak ada, tempatnya akan digantikan oleh rasa cinta, persahabatan dan
nasihat kepada sesama orang mukmin serta hal-hal lainnya yang merupakan
hak orang beriman...
Subhanallah..
Semoga kita dapat mengambil iktibar.
Semoga
kita terhindar dari sifat kaum Munafik seperti membela-bela Ahmadiyah,
Sepilis, Theosofis, Zionis yang jelas menghina dan memusuhi Islam,
semoga kita atau anak cucu kita tergolong menjadi salah satu pasukan
Islam yang berperang dengan kaum jahat di akhir zaman, hingga batu pun
berbicara bila mereka bersembunyi di belakangnya. Aamiin..