Kamis, 13 Juni 2013
yang tidak percaya akhirat akan menyesal
Buya Hamka dalam Tafsir al-Azhar , mengenai ayat 4 dan 5 surah an-Naml yakni tentang ciri-ciri dari orang yang tidak percaya akan hari akhirat
"Sesungguhnya orang-orang yang tidak beriman kepada hari akhirat, Kami masukkan dalam hati mereka rasa bagus perbuatan mereka itu." (pangkal ayat 4).
artinya bahwasanya orang yang tidak ada dasar kepercayaan bahwa sesudah hidup yang sekarang ini akan ada lagi hidup akhirat menjadi kaburlah bagi mereka jalan yang akan ditempuh, mana yang benar. Bahkan sebaliknya, barang yang tidak benar, mereka rasakan itulah yang benar Perbuatan yang salah, mereka banggakan bahwa itulah yang baik. Selalu mereka menyangka bahwa mereka di pihak yang benar orang lain di pihak salah- Mereka tidak mau disalahkan. Mereka tidak ingat lagi ; akan akibat-akibat buruk yang akan mereka terima di belakang hari karena kesalahan langkah. Padahal Iman kepada hari akhirat itulah yang dapat mengekang hawanafsu manusia daripada berbuat yang jahat dan yang salah. Iman kepada hari akhiratlah yang dapat membendung hawanafsu dan syahwat. Sedang mereka yang tidak beriman kepada hari akhirat itu menyangka bahwa hidup hanya sehingga inilah.
Kalau sudah mati, kesempatan sudah tidak ada lagi. Oleh sebab itu timbullah nafsu loba dan tamak akan keuntungan walaupun dengan merugikan orang lain:
"Dan mereka pun kehilangan arah hidup." (ujung ayat 4).
Ya'mahuun, kita artikan kehilangan arah hidup. Berputar ke sana ke sini saja, bagai mehasta kain sarung. Hati terikat kepada dunia, namun setelah dunia tercapai, bukanlah ketenteraman yang datang, melainkan kecemasan. Nafsu tidak ada batas, padahal tenaga dan umur terbatas. Kadang-kadang dalam perjalanan hidup yang penuh kebingungan itu, remuklah mental dan phisik, jiwa dan raga. Mati pun datang, pengharapan kosong, hari depan gelap.
Dalam tafsir lama, dikatakan bahwa YA'MAHUUN itu artinya "hundak¬hundak", artinya ke hilir ke mudik tidak menentu, bagai air di ulak pulau, kerae ke sana, tunggang ke man.
"Itulah orang-orong yang bogi mereka seburuk-buruk siksaan." (pangkal ayat 5).
Kalau hidup di dunia itu sudah menempuh jalan yang tidak tentu arah, atau jalan buntu, atau laksana belayar, tidak tentu barang ke mana arah tujuan, itulah yang seburuk-buruk siksaan di dalam hidup ini.
Disangka tadinya hidup itu suatu nikmat, padahal sudah menjadi suatu laknat. Berapa banyaklah orang yang pada lahirnya kelihatan kaya, padahal jiwanya miskin dan sengara; kekacauan fikiran, cemburu, remuk-redam, tersiksa siang dan malam. Berapa banyaknya orang yang bosan dan bahkan takut menghadapi hidup itu sendiri, sehingga ada yang membunuh dirinya sendiri, padahal hartabendanya berjuta-juta, tanahnya berhektar-hektar. Berapa banyaknya orang yang di dalam puncak kekayaan dalam jiwa yang remuk me¬rindukan, biarlah dia hidup miskin terpencil di desa sunyi, tetapi jiwa tenteram, padahal hidup demikian tidak dapat dicapainya lagi. Itulah orang-orang yang menderita seburuk-buruk siksaan.
"Dan di akhirat adalah mereka orang-orang yang sangat rugi." (ujung ayat 5).
Di akhirat mereka termasuk orang-orang yang sangat rugi, sebab sejak dari masa hidup di dunia ini mereka tidak pernah teringat buat menyediakan bekal untuk didapati di sana. Rezeki yang diberikan Tuhan hanya habis untuk pemenuhi syahwatnya. Dan setelah dia mati, tidak secuil jua pun yang dapat dibawanya. Coba kalau dia beriman kepada hari akhirat, niscaya semasa hidupnya dia telah mengirimkan bekal lebih dahulu dengan berbuat baik beramal shalih, yang akan didapatinya berlipat-ganda di akhirat. (Buya Hamka)
Subhanallah
Semoga Allah menanamkan dan meneguhkan iman yang kuat kepada akhirat dalam diri kita, dekat dengan al-Quran , petunjuk kepada jalan kebenaran , jalan kesuksesan dan keberhasilan dunia akhirat.
Aamiin
Wallahu’alam


Langganan:
Posting Komentar (Atom)