Rabu, 08 Mei 2013
sedikit dari adab bermajelis dengan rasuluLlah
Dalam suatu riwayat dikemukakan, ketika orang Quraisy di bawah pimpinan Abu Sufyan menuju ke Madinah dalam Peperangan Ahzab, mereka bermarkas di dataran rendah pinggiran kota Madinah. Sedang pasukan dari Ghathafan bermarkas di Na’ma, di samping gunung Uhud. Berita ini sampai kepada Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam. Beliau memerintahkan membuat khandaq (parit) sekeliling Madinah, bahkan beliau sendiri menyingsingkan lengan bajunya bekerja bersama kaum Muslimin. Akan tetapi kaum munafik memperlambat pekerjaan tersebut dengan memilih pekerjaan yang enteng-enteng. Mereka sering meninggalkan pekerjaannya dengan diam-diam tanpa sepengetahuan dan izin Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam, untuk menengok keluarganya. Sedang kaum Muslimin, apabila terpaksa harus meninggalkan pekerjaan itu karena keperluan yang tidak dapat ditangguhkan lagi, mereka berterus terang meminta izin kepada Rasulullah, dan beliau pun mengizinkannya. Apabila telah selesai kepentingannya, mereka segera kembali melanjutkan tugasnya tadi. Berkenaan dengan peristiwa ini, turunlah ayat 62 surah an-Nuur yang menegaskan perbedaan antara kaum Mukminin dan munafikin.
SubhanaLlah..
Begitulah adab pergaulan kaum Mukminin terhadap Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam. Saat mereka bersama Rasulullah dalam satu urusan yang mengharuskan bersatunya kaum Muslimin maka tidak ada satu orang pun pergi sampai meminta izin kepada Rasulullah.
Salah satu beda Kaum Mukminin dan munafik juga mengenai adab dalam menyebut dan memanggil Rasulullah. Kaum mukminin memanggil dengan “Ya Nabiyallah” “Ya Rasulullah”. Sedang kaum munafik, menyebut Nabi seperti memanggil teman, yakni Muhammad, Ya Abul Qasam. Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wa salam memang manusia namun beliau shalallahu ‘alaihi wa salam merupakan sosok manusia pilihan. Beliau ma’shum. Utusan Allah. Karena itu, marilah panggil beliau dengan pantas, Nabi Muhammad , Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam, jangan seperti kaum JIL dsb yang dengan seenaknya kurang adab dalam memanggil Nabi dengan memanggil nama. Lebih –lebih tidak bersholawat saat nama beliau disebut. Naudzubillah
Dalam kisah asbabun Nuzul juga terdapat hikmah bahwa kaum muslimin saat mengadakan ‘proyek dakwah’ , sangat kuat persatuannya, bahkan ‘pemimpin’, ‘ketua’ turun tangan langsung , tidak hanya memerintah tanpa mengajak dengan ikut bersama. Mereka meminta izin, saling menginfokan bila memang ada keperluan mendesak, SubhanaLlah..
Semoga kita dapat mengambil pelajaran, lebih kuat dalam berukhuwah dan dapat lebih beradab kepada Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam.
Aamiin
Wallahu’alam


Langganan:
Posting Komentar (Atom)