Rabu, 08 Mei 2013
di tengah-tengah
Dalam suatu riwayat dikemukakan bahwa kaum musyrikin suka mencela dan mencemoohkan Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam karena miskinnya beliau, dengan ucapan: “Bagaimana mungkin seorang Rasul makan dan pergi ke pasar (untuk berdagang).” Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam merasa sedih, sehingga turunlah ayat 20 surah al-Furqan yang menegaskan semua rasul berbuat seperti itu…
SubhanaLlah
Begitulah, bahwa tidaklah Allah mengutus Rasul kecuali dari kalangan manusia bukan malaikat. Rasul itu memakan makanan dan berjalan-jalan di pasar, mencari penghidupan , seperti halnya manusia biasa.
Ibnu Hubairah kala mentadabburi firman Allah
“dan Kami tidak mengutus Rasul-rasul sebelummu, melainkan mereka sungguh memakan makanan dan berjalan di pasar-pasar.” (ayat 20)
Mengatakan ini menunjukkan keutamaan memberikan ilmu pengetahuan kepada sesama makhluk. Dan juga menerangkan kemuliaan orang yang berilmu (ulama) di atas orang zuhud yang menyendiri untuk beribadah. Karena keberadaan Nabi shalallahu ‘alaihi wa salam itu seperti keberadaan dokter. Dan dokter itu, berada di dekat pasien yang sakit. Andaikata dokter itu tidak ada, pasien yang sakit itu bisa celaka.”
Masya Allah…
Begitulah dakwah, dai, harus berada di tengah-tengah masyarakat . Dia harus menjadi lentera di tengah kegelapan. Harus berbaur tapi tidak melebur. Dia harus mewarnai bukan diwarnai.
SubhanaLlah
Allah juga jadikan sebagian manusia sebagai ujian dan cobaan bagi sebagian yang lain dengan keimanan dan kekafiran, kaya dan miskin, sehat dan sakit, serta keselamatan dan cobaan. Apakah manusia itu dapat bersabar terhadap takdir, ketentuan Allah itu, sehingga kalian tetap menyembah-Nya dengan sebenar-benar ibadah, jalankan perintah-Nya dan jauhi larangan-Nya?
Sebab bila lalai dari hal tersebut, maka kerugianlah yang didapat. Ujian di dunia tak lulus, akhirat pun tak akan mulus. Orang yang di dunia taat di akhirat kan mendapat nikmat. Sedang orang yang sesat, sebab utamanya ialah karena lalai , terlampau sibuk dengan dunia, dengan berbagai kenikmatan di dalamnya, melupakan agama Allah, lupa dari mengingat Allah. Terlalu sibuk dengan nikmat, lupa pada Pemberi nikmat.
Jadi sungguh beruntung, hamba yang bila dapat nikmat di bersyukur, bila dapat cobaan dia bersabar, apabila berbuat dosa, dia mohon ampun, selalu ingat dan dekat pada Allah, di setiap episode kehidupan.
Ya Allah, jadikanlah kami orang yang senantiasa dekat dengan-Mu.
Jadikan kami, orang yang baik dalam beribadah kepada-Mu dan orang yang mengajak yang lain untuk beribadah pada-Mu (dakwah)…
Aamiin
Wallahu’alam


Langganan:
Posting Komentar (Atom)