Selasa, 25 Oktober 2011

Bersama dan Berkorban

Beberapa waktu ke depan, akan ada dua momen ibadah yang akan dijumpai oleh Ummat Islam. Kedua ibadah tersebut sangatlah berarti bila ummat Islam mampu memaknai momen-momen tersebut. Adapun kedua momen yang dimaksud ialah Ibadah Haji dan Ibadah Qorban. Ada Banyak hikmah yang didapati dari keduanya namun dalam catatan ini lebih menekankan dalam upaya membangun semangat Kebersamaan dan juga rela Berkorban.

Haji

Dari rukun-rukun Islam yang ada, rukun Islam terakhir ini memang memiliki satu ‘keistimewaan’ dari yang lainnya. Keistimewaan yang dimaksud yakni bahwa kata-kata “Haji” diabadikan menjadi salah satu surat al-Quran.

Selain itu, salah seorang ustadz kota Medan, menuliskan bahwa Ibadah Haji terdiri dari huruf Arabiyah hanya ada dua yaitu “HA” dan “JIM”. Tetapi memiliki makna yang sangat mendalam. “Ha” kepanjangannya “hubbun” artinya cinta. Jadi, ibadah haji adalah hubbullah yaitu karena cinta kepada Alllah. Sementara “JIM” maknanya “JIHAD” yaitu berjuan rela berkorban. Jadi jamaah haji adalah orang yang berjihad di jalan Allah, yakni jihad fi sabilillah.

Ibadah haji balasannya ialah syurga, tentunya bagi haji yang mabrur. Dan kemabruran haji dapat diidentifikasi dengan keadaan atau kualitas orang tersebut setelah melaksanakan ibadah haji.

Ibadah haji mesti dikerjakan di tempat tertentu dan semua jamaah wajib berkumpul di sana. Manusia berkumpul dari berbagai penjuru dunia tanpa membedakan status sosial, pendidikan, ekonomi, pangkat dan jabatan. Semua Bersama dalam naungan kasih sayang Allah. Secara umum diselenggarakan di Makkah dan puncaknya adalah wukuf di padang Arafah.

Ibadah Qurban

Ibadah Qurban memiliki hikmah yang bertumpu pada makna yang dalam mengenai apa yang disebut Ujian Cinta. Telah diketahui bahwa manusia dihiasi dengan rasa cinta dan syahwat terhadap kebutuhan dan perhiasan hidup. Perhiasan hidup antara lain pasangan hidup, anak-anak, fasilitas/aksesoris kehidupan. (QS Ali Imran 14)

Nabi Ibrahim alaihissalam telah diuji oleh Allah dengan perintah menyembelih anaknya sebagai qurban. Namun, dengan keimanan (tauhid) yang kokoh dan rasa cinta kepada Allah yang lebih besar , Nabi Ibrahim dengan Ikhlas menyembelih anaknya.

Allah menguji volume cinta manusia kepada-Nya dan kepada makhluk, dengan tuntutan agar cinta manusia harus lebih besar kepada-Nya

Dalam kisah Ibrahim yang sudah mahsyur tersebut, dapat terlihat juga bahwa Islam melarang menistakan manusia apalagi membinasakannya sebagai korban. Peristiwa Allah subhanahu wa ta’ala kepada Nabi Ibrahim alaihissalam menyembelih anak kandungnya dibatalkan dan diganti dengan perintah menyembelih domba (hewan). Kisah Ibrahim adalah ‘pembelajaran’ dengan muatan ilustrasi dan simulasi sekaligus antisipasi terhadap dilarangnya menganiaya manusia. Sebaliknya manusia diajari untuk mengorbankan sebagian dari apa yang dicintainya agar diberikan kepada orang lain guna berbagi rasa senang melalui daging qurban yang dibagi-bagi kepada orang-orang yang berhak mendapatkannya. (QS Al-Hajj 36)

Semoga kita dapat selalu Bersama dan Berkorban

Wallahu ‘alam

Kitabatu at-tilmidz

Ishlah al-Medaniy

Comments
0 Comments

Tidak ada komentar:

Posting Komentar