Kamis, 12 Mei 2011

Memungsikan Masjid Cuy.....

Masjid merupakan institusi pertama yang dibangun Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam dalam periode Madinah. Masjid Quba selanjutnya Masjid Madinah. Ya,kedua masjid itulah yang dipuji Allah subhanahu wa ta’ala karena diniatkan sejak awal untuk pembinaan jamaah muttaqin juga mutathahirin, berbeda dengan masjid dhirar yang didirikan untuk propaganda, untuk menghancurkan kesatuan mukminin dan juga menghalangi menegakkan agama Allah.

Tentunya, pembangunan masjid memiliki makna dan nilai yang strategis dan juga menentukan untuk menumbuhkembangkan masyarakat muslim yang bercirikan seperti satu tubuh,senasib sepenangunggan, saling berkasih sayang, wa tawa shoubil haq , shabr dan marhamah dsb. Dalam sirah sangat jelas, bahwa di masjid inilah Nabi shalallahu ‘alaihi wa salam dan para shahabat radhiallhu ‘anhum melakukan berbagai aktivitas seperti sholat berjamaah, silaturahim, interaksi, komunikasi. Kegiatan Belajar Mengajar (KBM), mengurus baitul mal, menerima tamu, menyelesaikan perselisihan, menyusun strategi jihad kegiatan sosial kemasyarakatan lain.

Yang pastinya masjid pada zaman Rasulullah, berfungsi sebagai perpaduan antara ibadah dan muamalah atau hablum min Allah dan hablum min an-nas..

Nah,yang patut juga diingat bahwa sebenarnya sebelum mendirikan masjid, Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam sudah mempersiapkan jamaahnya (orang-orang yang mau memakmurkannya).

Pada periode Mekkah sebelum didirikannya masjid sebagai tempat KBM, Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam telah membina manusia yakni di rumah sahabat Arqam bin Abil Arqam radhiallahu ‘anhu sehingga ketika hijrah, telah terbentuklah jamaah yang akan menjadi tulang punggung utama kegiatan-kegiatan masjid.

Jamaah yang inti inilah yang sebenarnya tak sembarang orang berhak menyandangnya. Dalam al-Quran Surah at-Taubah ayat 17-18 terdapat kriteria-kriteria jamaah dahsyat pemakmur masjid yakni beriman kepada Allah da hari akhir, mendirikan sholat, mau menunaikan zakat dan tak takut kepada siapapun kecuali kepada Allah.

Nah, jamaah-jamaah yang memenuhi kriteria inilah yang kiranya dapat diharapkan untuk memikirkan dan mengembangkan program-program yang bermanfaat bagi jamaah maupun masyarakat lingkungannya...

Mari berusaha....!!!

Memang sudah selayaknya kita menghindari masjid berkeadaan seperti terminal bus. Maksudnya, jika orang masuk ke dalam terminal bus akan menganggap selesai (tak ada ikatan apa pun) jika tujuan selesai. Kita, misalnya masuk masjid, sholat, duduk bentar lalu pulang, alhasil tanpa saling mengenal orang-orang yang ada di samping kita maupun dalam masjid tersebut. Naudzubillah.....

Oleh karena itu, perlunya ‘penghidupan’ kembali ikatan soliditas di antara umat khususnya jamaah masjid. Diperlukan adanya perikatan dan pengorganisasian pada masalah-masalah konkret. Hingga nantinya tercipta kondisi solidaritas yang kuat dan erat di antara jamaah masjid.

Kegiatan

Masjid dari tahun ke tahun jumlahnya bertambah kita harus positive thinking, yang perlu dilakukan memungsikan kembali masjid, maksimal dan konsisten. Setidaknya, ada bentuk-bentuk kegiatan yang dapat dilakukan (sesuai sikon) dapat menjadikan masjid menjadi sarana pembangun kebersamaan dan kebangkitan ummat....

  1. Menyelenggarakan kajian-kajian keislaman yang rutin dan terarah untuk membentuk pribadi, keluarga dan masyarakat.

  1. Melaksanakan diskusi, seminar tentang masalah-masalah aktual
  2. Membuat data jamaah, dilihat dari segi usia, tingkat pendidikan, pendapatan dan lain-lain..
  3. Memaksimalkan khutbah jumat
  4. Mengefektifkan zakat infaq shadaqah
  5. Menyelenggarakan training (dauroh) keislaman terutama untuk pemuda
  6. Memberikan santunan bagi yang membutuhkan misal jamaah yang sakit, kurang pangan dsb.
  7. Dakwah dengan buku, brosur dan majalah dsb.

Itulah sedikit bentuk-bentuk kegiatan yang dapat dilakukan (sesuai dengan sikon)

Mari kita mngkader diri kita buat menjadi jamaah masjid yang mantap...!!!

Semoga Allah menautkan hati kita ke masjid. Amin

Wallahu ‘alam

Wallahu musta’an

Maaf atas Silaf dan Salah

Kitabatu at-Tilmidz

Atm. Ishlah al-Medaniy

1 komentar: