Dalam
suatu riwayat dikemukakan bahwa kaum kafir Quraisy berkata kepada Nabi
:”Sekiranya engkau tidak berkeberatan mengikuti kami (menyembah berhala)
selama setahun, kami pun akan mengikuti agamamu selama setahun pula.”
Maka Allah Menurunkan surah al-Kafirun.
Dalam
riwayat lain bahwa al-Walid bin al-Mughirah, al-‘Ashl bin Wa-il,
al-Aswad bin al-Muthalib dan Umayyah bin Khalaf bertemu dengan
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasalam dan berkata : “Hai Muhammad! Mari
kita bersama menyembah apa yang kami sembah dan kami pun akan menyembah
apa yang engkau sembah. Kita bersekutu dalam segala hal dan engkaulah
yang memimpin kami.” Maka Allah Menurunkan surah al-Kafirun.
Subhanallah...
Islam
tidak mengenal Pluralisme. Surah al-Kafirun menjadi pedoman yang tegas
bahwa ‘aqidah tidak mengenal kompromi. Tauhid dan Syirik tidak dapat
dipertemukan.
Ajaran
Pluralisme merupakan ajaran yang sangat berbahaya dan sekarang ini amat
gencar dikampanyekan bahkan oleh organisasi yang ‘berkedok’ Islam.
Mulai dari penyebutan “semua agama itu sama saja” dsb. Dan salah satu
yang paling ektreem ialah pendefinsian Islam sebagai sikap pasrah dan
tunduk kepada Tuhan Yang Maha Esa dan tidak dibatasi hanya untuk agama
yang dibawa Nabi Muhammad. Sehingga menurut tafsiran pluarlis dan
liberalis ini, bila ia beragama selain Islam pun (non-muslim) , bila ia
tunduk dan patuh pada Tuhan, ia pun disebut orang Islam. Na’udzbillah
semoga kita terhindar dari virus sepilis ini.
Sebenarnya
ayat toleransi yang hakiki itu ialah lakum dinukum waliyadin. Kerukunan
bukan berarti mencampuradukkan. Menghormati tak berarti saling
mengikuti.
Semoga kita terhindar dari terjangkit penyakit Sepilis, Sekularis, Pluralisme dan Liberalisme
Aamiin