Senin, 19 Agustus 2013

salah satu kisah upaya memadamkan dakwah (1)

Pada suatu hari berkumpullah para pemuka Quraisy lalu mengambil keputusan :

“Cobalah lihat siapa di antara kamu yang lebih tinggi pengetahuannya tentang ilmu sihir, ilmu tenung, dan yang ahli juga dalam hal syair. Maka hendaklah ia pergi mendatangi o
rang ini, yang telah memecah belah jamaah persatuan kita, mengacaukan urusan kita dan mencela-cela agama kita ! Ajaklah dia bicara dan tanyakan benar-benar kepadanya apa sebenarnya yang dia ingini.”

Lalu mereka mengeluarkan pendapat : “Di antara kita ini tidak ada orang yang lebih pintar dalam segala yang disebutkan itu melainkan ‘Utbah bin Rabi’ah”

Lalu mereka menyampaikan kepada ‘Utbah, “Hai Abu Walid, engkaulah yang melakukan tugas ini!”

‘Utbah menyanggupi, lantas segera pergi menemui Nabi. Setelah bertemu ia bertanya, “Hai Muhammad, coba jawab pertanyaanku! Manakah yang baik, engkaukah atau ayahmu Abdullah?”

Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wa salam diam.

Lalu ‘Utbah meneruskan pertanyaannya pula : “Hai Muhammad! Mana yang lebih baik, engkau atau nenekmu Abdul Muthalib?”

‘Utbah meneruskan kata-katanya pula, “Kalau engkau katakan bahwa ayahmu dan nenekmu itu yang lebih baik, maka semuanya adalah menyembah kepada tuhan-tuhan yang engkau hinakan itu. Kalau engkau katakan bahwa engkau lebih baik, coba terangkan dengan jelas supaya kami dengar kata-kata engkau. Demi Allah, tidaklah kami melihat seekor kambing hitam dalam kaum kita yang lebih celaka dan malapetaka kepada kaum kita melebihi engkau; Engkau pecahkan jamaah kami, engkau kacaukan urusan kami, engkau cela agama kami dan engkau beri malu kami dalam kalangan seluruh Arab, sehingga tersiarlah berita di antara mereka bahwa dalam Quraisy sekarang ada seorang tukang sihir, dalam Quraisy sekarang ada seorang tukang tenung. Demi Allah tidak ada yang kami tunggu sekarang kecuali seumpama ratap tangisnya seorang perempuan bunting, sehingga berkelahi antara kita sama kita, dan kita punah semua karena pedang kita sendiri.

“Hai Muhammad, kalau memang engkau jantan, berhentilah dari pekerjaan ini. Kalau engkau menginginkan harta, akan kami kumpulkan harta itu untuk engkau sehingga engkau satu-satunya yang paling kaya di antara kami. Kalau engkau ingin hendak beristri, pilihlah di antara perempuan-perempuan Quraisy ini mana yang engkau senangi, akan kami beri engkau istri sepuluh.”

Setelah selesai ‘Utbah bin Raba’ah atau Abul Walid itu berkata, bertanyalah Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wasalam : “Apakah engkau sudah selesai?”

‘Utbah menjawab: “Sudah!”

Lalu Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam membaca surat Fushshilat ini sejak dari ayat pertama hingga ayat 13

(To be continued...)

Belajar lah kita bahwa pecundang-pecundang dakwah senantiasa mencari cara , metode ataupun tokoh besar atau dengan kata lain menggunakan jalan ‘terbaik’ dalam menghadapi pejuang dakwah . Bertujuan untuk memadamkan api dakwah Islamiyah.

Mereka merendahkan pejuang dakwah, memfitnah dsn semacamnya, mengatakan mereka merusak ‘ketenangan’ (padahal kejahiliahan) masyarakat.

dan da'i mesti tenag dalam menghadapinya, tetap teguh meski dunia ditawarkan padanya...

Ada hikmah lain sdrku??

Semoga Allah menjaga dan semakin memahamkan kita

Aamiin
Comments
0 Comments

Tidak ada komentar:

Posting Komentar