Pada suatu hari berkumpullah para pemuka Quraisy lalu mengambil keputusan :
“Cobalah
lihat siapa di antara kamu yang lebih tinggi pengetahuannya tentang
ilmu sihir, ilmu tenung, dan yang ahli juga dalam hal syair. Maka
hendaklah ia pergi mendatangi orang
ini, yang telah memecah belah jamaah persatuan kita, mengacaukan urusan
kita dan mencela-cela agama kita ! Ajaklah dia bicara dan tanyakan
benar-benar kepadanya apa sebenarnya yang dia ingini.”
Lalu
mereka mengeluarkan pendapat : “Di antara kita ini tidak ada orang yang
lebih pintar dalam segala yang disebutkan itu melainkan ‘Utbah bin
Rabi’ah”
Lalu mereka menyampaikan kepada ‘Utbah, “Hai Abu Walid, engkaulah yang melakukan tugas ini!”
‘Utbah
menyanggupi, lantas segera pergi menemui Nabi. Setelah bertemu ia
bertanya, “Hai Muhammad, coba jawab pertanyaanku! Manakah yang baik,
engkaukah atau ayahmu Abdullah?”
Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wa salam diam.
Lalu ‘Utbah meneruskan pertanyaannya pula : “Hai Muhammad! Mana yang lebih baik, engkau atau nenekmu Abdul Muthalib?”
‘Utbah
meneruskan kata-katanya pula, “Kalau engkau katakan bahwa ayahmu dan
nenekmu itu yang lebih baik, maka semuanya adalah menyembah kepada
tuhan-tuhan yang engkau hinakan itu. Kalau engkau katakan bahwa engkau
lebih baik, coba terangkan dengan jelas supaya kami dengar kata-kata
engkau. Demi Allah, tidaklah kami melihat seekor kambing hitam dalam
kaum kita yang lebih celaka dan malapetaka kepada kaum kita melebihi
engkau; Engkau pecahkan jamaah kami, engkau kacaukan urusan kami, engkau
cela agama kami dan engkau beri malu kami dalam kalangan seluruh Arab,
sehingga tersiarlah berita di antara mereka bahwa dalam Quraisy sekarang
ada seorang tukang sihir, dalam Quraisy sekarang ada seorang tukang
tenung. Demi Allah tidak ada yang kami tunggu sekarang kecuali seumpama
ratap tangisnya seorang perempuan bunting, sehingga berkelahi antara
kita sama kita, dan kita punah semua karena pedang kita sendiri.
“Hai
Muhammad, kalau memang engkau jantan, berhentilah dari pekerjaan ini.
Kalau engkau menginginkan harta, akan kami kumpulkan harta itu untuk
engkau sehingga engkau satu-satunya yang paling kaya di antara kami.
Kalau engkau ingin hendak beristri, pilihlah di antara
perempuan-perempuan Quraisy ini mana yang engkau senangi, akan kami beri
engkau istri sepuluh.”
Setelah
selesai ‘Utbah bin Raba’ah atau Abul Walid itu berkata, bertanyalah
Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wasalam : “Apakah engkau sudah
selesai?”
‘Utbah menjawab: “Sudah!”
Lalu Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam membaca surat Fushshilat ini sejak dari ayat pertama hingga ayat 13
(To be continued...)
Belajar
lah kita bahwa pecundang-pecundang dakwah senantiasa mencari cara ,
metode ataupun tokoh besar atau dengan kata lain menggunakan jalan
‘terbaik’ dalam menghadapi pejuang dakwah . Bertujuan untuk memadamkan
api dakwah Islamiyah.
Mereka
merendahkan pejuang dakwah, memfitnah dsn semacamnya, mengatakan
mereka merusak ‘ketenangan’ (padahal kejahiliahan) masyarakat.
dan da'i mesti tenag dalam menghadapinya, tetap teguh meski dunia ditawarkan padanya...
Ada hikmah lain sdrku??
Semoga Allah menjaga dan semakin memahamkan kita
Aamiin