Kamis, 13 Juni 2013
hidayah, mau atau tidak?
Kondisi manusia yang tidak beriman terutama pada hari akhirat, kerap terjadi di segala zaman. Mereka menganggap hari kiamat tidak lebih dari sekedar dongeng dan legenda palsu orang-orang zaman dulu.
Nah, kita sebagai manusia diperintah untuk memperhatikan sejarah, melancong, mengambil pelajaran, merenungkan peninggalan-peninggalan ummat terdahulu, bagaimana kesudahan orang yang berdosa, binasa. Bagaimana harumnya nama orang-orang yang sholih dan taat.
Nabi dan ummatnya yang meneruskan dakwah juga diperintah untuk jangan terlalu bersedih hanya karena orang tidak mempercayai, juga tidak perlu dada merasa sempit atas segala tipu daya musuh-musuh dakwah, karena Allah pasti akan menolong.
Semua peristiwa yang belum terjadi telah tertulis dalam kitab Lauhul Mahfudz, Allah Maha Mengetahui dan Berkehendak tentang apa yang telah, sedang dan akan terjadi. Karena itu atas usaha yang telah kita lakukan , sandarkanlah pada-Nya, tawakkal pada-Nya. Percayakan segala sesuatu kepada-Nya, Dia akan mencukupi, menjaga dan memberi petunjuk. Mudah-mudahan kita berada dalam jalan yang benar yakni jalan hidayah…
Dan ingatlah, hidayah tidak akan menyapa, bila kita ‘off-kan’ hati dengan penolakan (kufur) dan kemaksiatan. Suara kebenaran juga tiada mampu untuk didengar, jika memang kita sendiri yang ‘menulikan pendengaran’, apalagi memalingkan diri. Juga hidayah yang terpampang nyata dihadapan tidak akan terlihat bila mata hati telah kita sendiri yang butakan…
Hidayah akan menetap, bila diri kita, hati kita, memang mau untuk ditempati olehnya…
Semoga Allah membuat diri kita menjadi insan yang istiqomah dalam kebaikan dan perbaikan, membuat kita beriman pada ayat-ayat-Nya dan patuh , berserah diri dalam jalankan perintah-Nya.
Aamiin
Wallahu’alam


Langganan:
Posting Komentar (Atom)