Minggu, 18 September 2011

Urgennya Belajar Karakter

Setidaknya ada beberapa alasan mengapa akhlak islam atau dalam bahasa kerennya karakter Islam itu dipelajari dan dipraktekkan, antara lain karena

  • Tujuan diutusnya Nabi shalallahu ‘alaihi wa salam

Kita mempelajari karakter karena merupakan tujuan diutusnya Nabi Shalallahu ‘alaihi wa salam Mungkin kita sedikit terkejut dengan hal tersebut. Tetapi mari kita lihat Sabda Nabi shalallahu ‘alaihi wa salam,” Aku diutus untuk menyempurnakan kemuliaan akhlak.”

Hmm….

Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman “Kami tidak mengutusmu (wahai Muhammad) kecuali sebagai rahmat bagi alam semesta.”(QS al-Anbiya :107)

Jika kita renungkan memang akan terlihat korelasi antara firman Allah dengan pesan Nabi itu. Memang rahmat itu akan terlihat jika kehidupan dunia diwarnai dengan akhlak atau karakter mulia dari tiap penghuninya. Jika dunia terisi dengan rasa benci, dendam,tipu daya, kecurangan

Dsb dimanakah rahmat itu berada??

Jika kita berbicara lagi mengenai korelasi, akan terlihat juga adanya hubungan karakter/ akhlak dengan ibadah-ibadah yang masyhur.

Dalam surah al-Ankabut ayat 45 Allah berfirman yang artinya “Dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegahmu dari perbuatan keji dan mungkar.” Subhanallah….. Jadi, shalat itu juga merupakan wadah character building. Dalam hadis Qudsi Allah juga berfirman “Aku hanya menerima shalat dari orang yang dengannya ia tawaduk pada keagungan-Ku, tidak menyakiti makhluk-Ku, berhenti maksiat kepada-Ku, melewati siangnya dengan zikir kepada-Ku, serta mengasihi orang fakir,orang yang sedang berjuang di jalan-Ku, para janda dan orang yang ditimpa musibah.”

Ya ya ya… Terlihat adanya korelasi antara sholat dan akhlak. Buah sempurna dari sholat ialah terbentuknya karakter mulia.

Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman “Ambillah zakat dari sebagian harta mereka yang dengan zakat tersebut engkau membersihkan dan menyucikan mereka.”

Subhanallah ! tujuan zakat adalah untuk menyucikan. Ya, itulah yang bermakna mendidik dengan baik. Orang yang berzakat akan belajar mengasihi dan bermurah hati.

Bahkan akhlak atau karakter yang baik juga dinilai sebagai sedekah. Contohnya ?? Nabi shallahu ‘alaihi wa salam bersabda ,”Senyummu di depan saudaramu adalah sedekah.”

Hmmm.. kaitannya jelas terlihat…

Bahkan hadis yang lengkapnya sebagai berikut

“Senyummu di hadapan saudaramu adalah sedekah. Amar ma’ruf dan nahi mungkar yang kau lakukan adalah sedekah. Menunjukkan jalan untuk seseorang yang sedang tersesat adalah sedekah. Menuangkan air dari embermu ke ember saudaramu adalah saudaramu. Menyingkirkan gangguan dari jalan adalah sedekah. Menuntun orang buta adalah sedekah. Dan sedekah paling utama adalah sesuap makanan yang kauberikan kepada istrimu.”

Hmmm…..

Nah, ketika kita melakukan ibadah puasa percayalah bahwa hari itu merupakan hari karakter bagi kita.

Nabi shalallahu ‘alaihi wa salam bersabda ,” Jika kalian sedang berpuasa, jangan berbuat kotor dan membentak. Jika dimaki atau diajak berkelahi, katakanlah “Aku sedang berpuasa.””

Sedangkan untuk ibadah haji cukup dengan melihat firman Allah subhanahu wa ta’ala dalam surah al-Baqarah ayat 197 “Haji adalah beberapa bulan yang telah diketahui. Siapa yang menetapkan niat dalam bulan itu untuk mengerjakan haji maka tidak boleh berbuat kotor, berbuat fasik, dan berbantah-bantahan dalam masa haji.”

Bahkan dalam beragama , secara tersirat Allah dalam surat al-Baqarah ayat 151 yang berbunyi “Sebagaimana Kami telah menyempurnakan nikmat kami kepada kalian, Kami telah mengutus kepada kalian seorang rasul dari kalangan kalian yang membacakan ayat-ayat Kami kepada kalian, menyucikan kalian, mengajarkan kitab suci dan hikmah kepada kalian.” Terlihat bahwa Allah mendahulukan proses pembangunan karakter (penyucian diri) daripada ilmu. Hmm…

Sabda Nabi shalallahu ‘alaihi wa salam,” Aku diutus untuk menyempurnakan kemuliaan akhlak.”

  • Menghilangkan adanya garis pemisah antara Ibadah dan Karakter

Tujuan lain mengapa kita mempelajari karakter islami / akhlak ialah menghilangkan adanya kesenjangan antara ibadah dan akhlak atau karakter. Dengan kata lain, dapat juga dikatakan untuk melenyapkan jarak antara agama dan akhirat. Sebagaimana diketahui bahwa Islam adalah satu kesatuan. Tidak ada istilah bahwa seseorang itu begitu baik di dalam masjid namun buruk ketika di luar masjid.

Jangan sampai ibadah mengagumkan tetapi akhlaknya atau karakternya sangat jauh dari Islam.

Sebagai bahan renungan Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam bersabda, “ Demi Allah tidak beriman, demi Allah tidak beriman, demi Allah tidak beriman.” Mereka bertanya,” Siapa ya Rasul?” beliau menjawab,” Orang yang tetangganya merasa tidak aman dari gangguannya.”

Kisah lain, ketika itu, beberapa orang dating kepada Rasul shalallahu ‘alaihi wa salam,” Wahai Rasulullah, Fulanah terkenal rajin mengerjakan shalat, berpuasa dan berzakat. Hanya saja, ia sering menyakiti tetangganya.” Rasul Shalallahu ‘alaihi wa salam,” Dia di neraka.” Lalu disebutkan pula seorang wanita yang shalat, puasa, dan zakatnya biasa-biasa saja, tetapi ia tidak menyakiti tetangganya. Maka Rasul shalallahu ‘alaihi wa salam menjawab, “ Dia di Surga.”

Ini tidak berarti untuk mengajak ‘mengurangi’ porsi ibadah namun mengajak merenung akan keterkaitan karakter dengan ibadah.

Nabi juga menyiratkan bahwa orang yang tidak berkarakter mulia akan menjadi orang yang bangkrut. Nabi shallahu ‘alahi wa salam bersabda,” Tahukah kalian siapa orang yang bangkrut?” Mereka menjawab,” Orang yang bangkrut adalah yang tidak mempunyai uang dan harta.” Beliau lalu menjelaskan,”Orang yang bangkrut di antara umatku adalah orang yang dating pada hari kiamat dengan membawa sholat, puasa dan zakatnya. Namun ia pernah mencela orang, memakan harta orang, memukul dan menumpahkan darah orang. Maka, ia pun harus memberikan pahala amal baiknya kepada orang-orang itu. Jika amal baiknya sudah habis sebelum dibayar semua, diambillah dosa mereka untuk diberikan kepadanya. Maka ia pun dilemparkan ke neraka.”

Mengenai ibadah dan akhlak , Allah ada berfirman, “Celaka bagi orang-orang yang sholat. Yaitu, yang lalai dari sholatnya (ibadah), yang berbuat riya dan enggan menolong dengan barang yang berguna (akhlak).”

Itulah beberapa contoh yang menegaskan adanya hubungan yang saling menyempurnakan antara ibadah dan karakter atau akhlak.

  • Agar kita menjadi orang-orang yang mengamalkan

Tujuan kita mempelajarari akhlak atau karakter ialah agar kita mengamalkannya bukan hanya pandai berbicara.

Dengan mempelajari akhlak selanjutnya kita akan berusaha untuk mengamalkannya…

“Engkau boleh mengetahui apa yang ingin kau ketahui, hanya saja engkau tidak akan diberi pahala hingga engkau mengamalkan apa yang kauketahui.”

  • Agar kita tak menyesatkan orang lain/ Manusia

Tujuan keempat ialah agar kita tak menjadi contoh yang buruk bagi manusia yang dapat menyesatkan mereka. Kita menghindari kejadian bahwa kita terkenal rajin sholat namun saat bekerja tidur atau kurang berkarakter.

So, harapan dengan mempelajari karakter atau akhlak kita dapat mengetahui dan memahaminya dan juga belajar untuk mengamalkannya.

Yuk, bersama belajar karakter atau akhlak……

Semoga Allah menolong dan Dia sebaik-baik Penolong……

Kitabatu at-tilmidz

Ishlah al-maidaniy LCh (Learner of Character)

Bahan bacaan : aklaq al-Mukmin, Dr Amr Khaled

Comments
0 Comments

Tidak ada komentar:

Posting Komentar